Selasa, 08 November 2011

BETAWI TIREM

peta betawi

Syahdan pada tarikh awal Saka datanglah berbondong-bondong pendatang dari negeri Cina, Bharatawarsya (India), Syangka, Saliwahana, Benggala (Bangladesh) dengan menggunakan perahu. Mereka membawa anak, isteri, serta sanak keluarga ke Nusantara untu bermukim. 

Ada pula perahu yang membawa para pendeta Hindu beraliran Waisnawa (pemuja Dewa Wishnu) dan Syaiwa (pemuja Dewa Syiwa). Pendeta-pendeta beraliran Waisnawa berkeliling di desa-desa sekitar bagian barat pulau Jawa, dan akhirnya menetap di daerah tersebut. Sementara para pendeta beraliran Syaiwa menetap di bagian tengah dan timur pulau Jawa.

Diantara sekian banyak pendatang, yang paling banyak adalah para pendatang yang berasal dari wangsa Calan-Kayana dan Palawa di Bharatawarsya. Kebanyakan dari mereka adalah para pengungsi perang, setelah Negara mereka ditaklukan oleh kerajaan Magadha. Disamping itu ada pula diantara mereka yang datang untuk berniaga, diataranya adalah kelompok pendatang yang dipimpin oleh Dewawarman dari wangsa Palawa.
.
Dewawarman merupakan seorang duta besar keliling untuk negara-negara mitra seperti kerajaan-kerajaan di Hujung Medini, Bumi Sopala, Yawana, Syangka, Cina, dan Abasyid (Mesopotamia). Selain bertujuan untuk mempererat persahabatan, mereka juga berniaga hasil bumi serta barang-barang lainnya. Begitu pula ketika berhubungan dengan pulau Jawa sebelah barat, Nusa Api (Krakatau), dan pesisir selatan Swarnadvipa (Sumatera).

Di Jawa bagian barat, tepatnya di pedukuhan Rajatapura lewat peranan pemimpin pedukuhan Aki Tirem Sang Luhur Mulya, Dewawarman menemukan takdirnya sebagai orang yang pertama memimpin negara berpenghasil perak itu. Melalui tangannya, pengaruhnya mulai memberi sentuhan pada kebudayaan setempat, meski diakuinya bahwa sebelum kedatangan mereka, penduduk lokal telah memiliki kecakapan dan pengetahuan kebudayaan yang sangat tinggi.


-Prabhu Dharma Lokapala Sang Angling Dharma

“….ciaaaaat…..ciaaaaat…….!”                 

 “…trang….trang…..”
“….wuuuut…..wuuuuut…..”

Teriakan orang-orang dan bunyi sabetan dan benturan pedang saling bersahutan, menyaingi gemuruh ombak di pantai ujung barat pulau Jawa. Kurang lebih hampir seratus orang terlibat dalam pertempuran itu, dimana dua kekuatan yang saling berhadapan mempertahankan kepentingannya masing-masing. Kekuatan yang tidak seimbang jika dilihat dari jumlah orang terlibat, karena kekuatan lawan dua kali melebihi penduduk setempat.

Pihak lawan berkulit kuning yang berperan sebagai perompak, tampak lebih lincah dalam melakukan setiap gerakan bela diri nya.  Sementara pihak penduduk yang bertelanjang dada hanya sekali-sekali saja melakukan balasan ketika diserang, itupun dengan gerakan-gerakan bela diri yang sederhana saja. Namun uniknya setiap gerakan bela diri yang sederhana itu memiliki efektifitas dalam menjatuhkan lawan, terutama dalam pertarungan jarak dekat.

Di tengah medan pertempuran tampak seorang yang tinggi besar agak berbeda dari warna kulit penduduk lainnya, dapat dipastikan dialah pemimpin penduduk lokal yang mempunyai kemampuan luar biasa dengan dua bilah golok besar dikedua tangannya. Golok besar itu berkelebat kesana kemari seakan bergerak sendiri, menghampiri setiap musuh yang datang dengan senjata tombak, pedang atau bahkan senjata yang berterbangan sekalipun. Ya… dialah Dewawarman, pendatang dari negeri Calan-Kayana, pembela orang-orang Rajataputra di ujung barat pulau Jawa itu.

“Cepaaat, habiskan mereka”…

“hanya dengan kecepatan dan ketepatanlah yang dapat mengungguli mereka”…
“jangan takut, kebenaran di pihak kita, kita pasti menang”…!

Sekali-sekali Dewawarman memompa semangat penduduk pimpinan Aki Tirem, yang tiga diantaranya adalah prajurit tangguh bawaannya dari Calan-Kayana, yaitu Gotala, Sawangga dan Dhyaputra. Ketiganya konsisten membuat lingkaran yang sepertinya melindungi Aki Tirem Sang Luhur Mulya, yang sangat dihormati Dewawarman sebagai pemimpin pedukuhan, disamping itu usia dan fisik Aki Tirem yang sudah tidak muda lagi, dia perlu pengawalan prajuritnya membentuk empat sudut pertahanan dengan Aki Tirem sebagai “pancer” nya.

“Sudahlah Aki, lebih baik Aki berlindung saja…lindungi Sri Pawahaci dari jamahan orang-orang kuning itu…! 

Sergah Gotala kepada Aki Tirem. 

“Tidaak…lebih baik aku mati mempertahankan pedukuhan ini, lagipula adeg-adeg ku masih kuat sampai 200 jurus sekalipun”

“…aku yakin kita mampu menaklukan mereka, dan tidak ada satupun yang dapat menjamah Sri Pawahaci anakku…”

Jawab Aki Tirem membantah Gotala.

pusaka aki tirem, konon

Ternyata benar dugaan Aki Tirem, tidak sampai sepeminuman teh, para perompak mulai mengurangi aksinya, karena sadar pasukan yang dimiliki kian berkurang hingga akhirnya seseorang dari perompak itu melemparkan pedang menghentikan pertarungan sambil berlutut menghamba di kaki Dewawarman. Dan ternyata yang berlutut itu adalah pemimpin gerombolan perompak yang datang dari utara.

“…ampuni kami paduka, kami mengakui kehebatan paduka…”

Dewawarman hanya tersenyum kecut, sambil mengusap wajahnya yang berpeluh…dia berucap

“kiranya permohonan maaf saja tidak cukup untuk menghentikan pekerjaan jahat kalian…”

“sudah tidak terhitung lagi nyawa manusia yang kalian hilangkan, sudah berapa pedukuhan yang kalian rampok dan bumi hanguskan di pulau Samiam dan pulau Kijang…belum lagi di Svarnadvipa…?”

“Aku bukan pemimpin pedukuhan ini, hanya beliaulah yang pantas menentukan hukuman untuk kalian..”

Dewawarman dengan gagah menunjuk Aki Tirem sebagai pimpinan pedukuhan.
Aki Tirem hanya tertegun memandangi Dewawarman yang menunjuk ke arahnya, dia tidak tahu apa yang harus dilakukan terhadap para perompak itu.

“Sudahlah, kau saja Dewawarman…”

“Aku sudah kadung percaya kepadamu untuk memimpin perlawanan ini…”

“Yang terpenting bagaimana caranya agar nyawa ketujuh orang-orang ku yang mati di tangan mereka dapat tenang di alamnya sana…”

Tukas Aki Tirem menyanggah Dewawarman ketus.

Bergegas sang pemimpin perompak beringsut menghampiri Aki Tirem yang setengah berdiri tanda kelelahan.

“…ampuni kami paduka, apakah nyawa ke 37 teman-teman kami tidak cukup menebus kematian tujuh orang paduka…?”

Ucap sang pemimpin perompak sambil memelas

“tidaaak….!”

Hardik Aki Tirem lantang,

“Apakah kalian tidak memikirkan orang-orang yang ditinggalkan ketujuh orangku itu..?”

“bagaimana nasib anak dan isterinya, siapa yang akan memberikan penghidupan?...sedangkan kerajinan perak yang dilakukan adalah keahlian yang dimiliki para lelaki, yang kalian bunuh itu…?”

“Cuma lantaran kilauan perak yang kalian lihat dari lautan, hingga tega menghabisi pedukuhan kami…?”

Tangkis Aki Tirem…

Kemudian dengan diliputi rasa emosi akan bayangan perompakan di masa lalu, Aki Tirem tanpa sadar mengacuhkan Dewawarman untuk mengeksekusi perompak yang tersisa.

“Sudahlah Dewawarman, kalau kau tidak punya keputusan akan hukuman apa yang setimpal buat mereka…biar aku saja yang putuskan!”

Gemeretak rahang Aki Tirem menahan amarah dalam ucapannya…

“siapkan 22 tiang gantungan untuk mereka, sita semua perahu, senjata, dan kebutuhan logistik yang mereka bawa, lalu bagikan kepada keluarga yang ditinggal mati ke tujuh orangku…!”

Lalu Aki Tirem pergi meninggalkan areal pertempuran itu tanpa berkata-kata lagi.


Pernikahan

Sebagai ucapan rasa terima kasih, puteri pimpinan pedukuhan Aki Tirem yang bernama Sri Pawahaci (Pohaci) Larasati dinikahkan dengan Dewawarman. Sejak itulah Dewawarman dan ketiga pengikutnya menetap disitu dan mengambil istri dari gadis-gadis pribumi dan beranak pinak. Pestanya sendiri diselenggarakan dengan amat meriah. 

“Tang…ting…tung…”

Bunyi gamelan sampyong mewarnai pesta pernikahan antara Dewawarman dan Sri Pawahaci Larasati, yang duduk di pelaminan sambil menikmati hiburan tarian Uncul.
Dewawarman terkagum-kagum dengan bentuk tarian itu, tarian yang sepertinya ada unsur bela diri di dalamnya. 

Dengan penuh rasa penasaran Dewawarman menanyakan hal ini kepada Aki Tirem yang duduk disebelahnya.

“Aki Tirem sang Luhur Mulya, gerangan apa tarian yang gerakkannya seperti memukul dan menendang itu…?”

Aki Tirem hanya tersenyum dan berupaya menjelaskannya kepada menantu yang memang orang asing itu.

“Oooh…itu adalah tarian Uncul, yang memang sekilas seperti memukul dan menendang…memang begitu adanya karena Uncul merupakan tarian pembuka untuk atraksi Ujungan, yang bela diri sesungguhnya”

“Sebenarnya Ujungan sendiri itu merupakan bagian dari Uncul, Cuma bedanya Ujungan menggunakan senjata rotan yang diibaratkan senjata pedang dalam pertempuran sesungguhnya, sedangkan Uncul menggunakan tangan kosong”.

Sambil mengangguk-angguk Dewawarman memperhatikan dengan seksama gerakan tarian Uncul yang dimainkan, mengingatkannya pada satu seni bela diri yang dia kuasai, yang dibawa dari tanah kelahirannya Calan-Kayana di Bharatawarsya.

Selang tidak beberapa lama Aki Tirem jatuh sakit, ia berpesan kepada menantunya, Dewawarman untuk menggantikannya sebagai pimpinan pedukuhan. Dewawarman tidak menolak keinginan Aki Tirem, begitu pula penduduk. 

Tidak beberapa lama Aki Tirem pun mengundurkan diri dari keramaian dunia dan pergi bertapa. Dewawarman kemudian dinobatkan menjadi raja pertama Salakanagara, dan meninggalkan pesan kepada Dewawarman untuk memindahkan pedukuhan lebih jauh kedalam dengan nama Salakanagara (Negara Perak). Hal ini dimaksudkan agar sedini mungkin untuk menghindari para perompak yang datang dari lautan, karena tergiur dengan kilauan perak yang dihasilkan dari kerajinan penduduk.

Sepeninggalan Aki Tirem, Dewawarman naik sebagai raja dengan gelar Prabhu Dharma Lokapala Dewawarman Haji Raksa Gapura Sagara atau Dewawarman I, orang banyak yang lebih mengenalnya sebagai An (ng) kling Dharma, yang berarti air muka (raut) yang baik. Ada yang mengartikan berwajah tampan karena dari India walau berwajah k(e)ling. Sedangkan istrinya Sri Pawahaci Larasati menjadi permaisuri bergelar Dewi Dhwani Rahayu. Mereka dinobatkan sebagai raja dan permaisuri pada tahun 52 Saka/130 M, dan berkuasa hingga tahun 90 Saka/168 M. Atau juga penyerahan kekuasaan tersebut terjadi pada tahun 122 M. Dan pada saat itu diberlakukan pula penanggalan Sunda yang dikenal dengan sebutan Saka Sunda.

Wilayah kekuasaannya sebelah barat Jawa Barat, termasuk pulau sebelah barat pulau Jawa (pulau Samiam, pulau Kijang dan lainnya), Selat Sunda, dan sebelah selatan Svarnadvipa. Kerajaan ini kemudian diberi nama Salakanagara dengan pusat pemerintahan di Rajatapura. Saat ia berkuasa, Dewawarman I mengirim duta ke berbagai Negara untuk mengikat persahabatan dan dalam rangka memajukan perniagaan Salakanagara.

Klan Dewawarman menjadi raja Salakanagara secara turun menurun. Dewawarman I berkuasa selama 38 tahun sejak dinobatkan pada tahun 52 Saka atau 130 M. Selama masa pemerintahan dia pun mengutus adiknya yang merangkap Senapati, bernama Bahadur Harigana Jayasakti untuk menjadi raja daerah Mandala, Ujung Kulon. Sedangkan adiknya yang lain, bernama Sweta Liman Sakti dijadikan raja daerah Tanjung Kidul dengan ibukotanya Agrabhintapura. Nama Agrabhinta dimungkinkan terkait dengan nama daerah berada di daerah Cianjur Selatan, sekarang menjadi daerah perkebunan Agrabhinta, hanya karena sulit diakses, daerah tersebut seperti menjadi daerah tertinggal.

Dalam catatan sejarah, raja-raja Salakanagara yang menggunakan nawa Dewawarman sampai pada Dewawarman IX. Hanya saja setelah Dewawarman VIII, atau pada tahun 362 pusat pemerintahan dari Rajatapura dialihkan ke Tarumanagara. Sedangkan Salakanagara pada akhirnya menjadi kerajaan bawahan Tarumanagara.

Selama kejayaan Salakanagara gangguan yang sangat serius datangnya dari para perompak. Hingga pernah kedatangan perompak Cina. Namun berkat keuletan Dewawarman dengan membuka hubungan diplomatik dengan Cina dan India pada akhirnya Salakanagara dapat hidup damai dan sentausa.

Selain adanya perkiraan jejak peninggalan Salakanagara, seperti batu menhir, dolmen dan batu magnet yang terletak di daerah Banten, berdasarkan penelitian juga ditemukan bahwa penanggalan sunda atau Kala Sunda dinyatakan ada sejak zaman Aki Tirem. Penanggalan tersebut kemudian dinamakan Caka Sunda. Perhitungan Kala Saka mendasarkan pada Matahari 365 hari dan Bulan 354 hari. Masing-masing tahun mengenal taun pendek dan panjang.


Salakanagara berlangsung selama 273 tahun (Dewawarman I – Dewawarman VIII), dan dari kerajaan Salakanagara inilah cikal bakal kerajaan-kerajaan yang ada di Jawa Barat.



Rakeyan dari Sancang

Menjelang tahun milenium, sejarawan Sunda Ir H. Dudung Fathirrohman mendapat informasi dari seorang Ulama Mesir, bahwa Khulafaur Rasyiddin Sayidina Ali bin Abi Thalib RA dalam pertempuran menalukkan Cyprus, Tripoli dan Afrika Utara, serta dalam membangun kekuasaan Muslim di Iran, Afghanistan dan Sind (644-650 M) mendapatkan bantuan dari seorang tokoh asal Asia Timur Jauh (Javadvipa).

Sebelum informasi itu ada oleh naskah kuno Pangeran Wangsakerta, orang itu ditulis sebagai putra raja Tarumanagara ke VIII Kertawarman (561-628 M), yang bernama Rakeyan Sancang. Namun karena anak dari isteri ke-tiga (bernama Wwang Amet Samidha ) yang berasal dari luar kerajaan (tidak resmi) putri seorang pencari kayu bakar, oleh kalangan istana Rakeyan Sancang tidak diakui sebagai keluarga kerajaan. Dengan kekecewaan mendalam dan dendam yang membara, Rakeyan Sancang menempa diri membangun kekuatan dengan cara bertapa dan berkerabat dengan segala kesaktian “para penghuni” di hutan Sancang yang sejak dahulu kala dikenal wiwit dan angker.

Dalam kalangan istana kerajaan, Kertawarman diakui memiliki dua orang isteri, isteri pertama dari Calankayana, dan istri yang kedua berasal janda beranak satu dari Svarnadvipa, namun dari semua perkawinan itu tidak memiliki anak sehingga mengangkat anak dari isteri yg berasal dari Svarnadvipa itu, yag bernama Brajagiri dan kemudian diakuinya sebagai anaknya sendiri.

Rakeyan Sancang (anak kandung dari isteri di luar kerajaan), dalam hal ini bukanlah Rakeyan Santang (Kian Santang) Putra Jayadewata (Siliwangi) yang selama ini anggapan masyarakat umum sebagai orang yang pernah bersua dan beradu kekuatan dengan Sayidina Ali. Rakeyan Sancang yang dimaksud disini merupakan anak dari raja Tarumanagara ke VIII Prabu Kertawarman, dari hasil perkawinannya dengan gadis desa putri seorang pencari kayu bakar di daerah hutan Sancang (Selatan Garut).

Rakeyan merupakan gelar bangsawan kerajaan Sunda, yang pada masa kini dapat disejajarkan dengan pangeran akan tetapi belum dapat dikategorikan sebagai putra mahkota.

Dalam kisah ini menceritakan bagaimana Islam telah masuk ke tatar Sunda (Garut), melebihi daerah-daerah lain di Nusantara karena dari angka tahun berkuasanya Kertawarman di kerajaan Tarumanagara dan keberadaan Rakeyan Sancang, dapat disimpulkan bahwa peristiwa ini terjadi bersamaan dengan masa ke-Nabian Rasulullah SAW dan kekhalifahan Sayidina Ali bin Abi Thalib RA.

Untuk lebih jelasnya di bawah ini susunan raja-raja Tarumanagara:

1.   Jayasingawarman (358-382 M)
2.   Dharmayawarman (382-395 M)
3.   Purnawarman (395-434 M)
4.   Wisnuwarman (434-455 M)
5.   Indrawarman (455-515 M)
6.   Candrawarman (515-535 M)
7.   Suryawarman (535-561 M)
8.   Kertawarman (561-628 M)
9.   Sudhawarman (628-639 M)
10.   Hariwangsawarman (639-640 M)
11.   Nagajayawarman (640-666 M)
12.   Linggawarman (666-669 M)


-Lodaya Menjadi Saksi Kelahirannya

Disebuah gubug di pinggiran hutan Sancang…

“Sudahlah dinda Samidha, jangan kau teteskan air matamu hingga membebani langkahku. Jangan pernah menyesali apa yang telah terjadi”….

Begitu ucapan Sang Prabu Kertawarman menghibur Wwang Amet Samidha ketika akan meninggalkan keluarga Ki Prangdhami dan Nyi Sembadha di pinggiran hutan Sancang. Sepuluh hari sudah Prabu Kertawarman mengalami “masa indah” dengan Awwet Samidha meski hatinya tak tega meninggalkan kekasih hati yang baru dinikahinya itu, namun perbedaan derajat sosial memutus tautan cintanya.

Terkadang hatinya menolak takdir feodal yang ada dalam dirinya, dilahirkan sebagai seorang dari dinasti Warman (jubah perang) kerajaan Tarumanagara. Dinasti yang menjadi penghalang hubungan cintanya dengan Awwet Samidha. Bagaimana mungkin seorang raja beristerikan putri seorang pencari kayu bakar?...

“Pergilah paduka, dan jangan pernah menoleh ke belakang, tinggalkan kami yang hina ini. Kami pun rumasa jika harus bertempat tinggal di Chandrabraga, istana paduka”

Dengan bergetar kata-kata Ki Prangdhami menepis keragu-raguan Sang Prabu Kertawarman, pertanda ada ganjalan sedih dalam hatinya mengingat Amet Samidha adalah putri semata wayang yang amat dikasihinya.

"Mari Nyi kita masuk, hari sudah burit...biarkanlah Awwet Samidha berteman dengan lamunan indahnya..."

Sambil menutup tirai Ki Pringdhami dan Nyi Sembada isterinya, menutup hari itu...meninggalkan Awwet Samidha seorang diri.


(dari berbagai sumber)

3 komentar:

  1. Leluhur orang Betawi adalah orang Sumatera yang hijrah di Barat Pulau Jawa.
    Bahasa Betawi memakai bahasa Melayu kreol, jadi jelas bukan menggunakan bahasa Sunda.

    Aki Tirem memakai bahasa Sunda.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Assalamualaikum.Wr.Wb.
      SAYA IBUERNADITA SEORANG PENJUAL GORENGAN
      INGIN BERBAGI CERITA KEPADA ANDA BAHWA SAYA INI DULUNYA ORANG YANG PALING MENDERITA DI DUNIA.SETIAP HARI SAYA SELALU MENGELUH TENTANG MASALAH KELUARGA SAYA, BAHKAN KAMI PERNAH TIDAK MAKAN DALAM 1 HARI , 1 MALAM, KE ESOKAN HARI NYA ADA TETANGGA KAMI YG MEMBAWAKAN MAKANAN DAN TIDAK DISENGAJA DIA JUGA BERCERITA TENTANG MASALAH HIDUPNYA DULU DAN AKHIRNYA DIA MEMBERIKAN NO AKI KAYANA SAKTI ..TIDAK BERPIKIR PANJANG SAYA LANSUNG MENGHUBUNGI AKI KAYANA SAKTI DAN ALHAMDULILLAH BELIAU SANGAT MEMBANTU SAYA, DAN SAYA SANGAT BERTERIMA KASIH KEPADA AKI KAYANA SAKTI ATAS BANTUANNYA YANG TELAH MEMBERIKAN ANGKA GHOIB, SYUKUR ALHAMDULILLAH TERNYATA ITU BENAR-BENAR TEMBUS DAN KINI SAYA SANGAT BAHAGIA MELIHAT KEHIDUPAN KELUARGA SAYA YG SUDAH JAUH LEBIH BAIK DARI SEBELUMNYA ,,DAN KAMI JUGA SUDAH BERENCANA INGIN MEMBUKA TOKO SENDIRI, DAN SEMUA UTANG-UTANG SAYA YANG ADA DI BANK ALHAMDULILLAH JUGA SUDAH BISA TERLUNASI, ITU SEMUA BERKAT BANTUAN AKI KAYANA SAKTI, DAN KAMI SEKELUARGA AKAN SELALU MEN DOAKAN AKI SEMOGA DI BERIKAN REJEKI YANG BERLIMPAH, SEHAT SELALU DAN PANJANG UMUR,,…
      BAGI ANDA YG INGIN SEPERTI SAYA YG MEMERLUKAN BANTUAN AKI KAYANA SAKTI SILAHKAN HUB/SMS DI NOMOR (0823-3664-2456 ) SILAHKAN ANDA MEMBUKTIKANNYA SENDIRI TERIMAH KASIH…

      Hapus
  2. Perkenalkan nama saya zull fikar. Dan saya ingin mengucapkan banyak terimah kasih kepada MBAH JONOSEUH atas bantuannya selama ini dan saya tidak menyanka kalau saya sudah bisa sukses dan ini semua berkat bantuan MBAH JONOSEUH,selama ini, saya yang dulunya bukan siapa-siapa bahkan saya juga selalu dihina orang2 dan alhamdulillah kini sekaran saya sudah punya usaha Restoran sendiri,itu semua atas bantuan beliau.Saya sangat berterimakasih banyak kepada MBAH JONOSEUH atas bantuan nomor togel dan dana ghaibnya, dan saya yang dulunya pakum karna masalah faktor ekonomi dan kini kami sekeluarga sudah sangat serba berkecukupan dan tidak pernah lagi hutang sana sini,,bagi anda yang punya masalah keuangan jadi jangan ragu-ragu untuk menghubungi MBAH JONOSEUH karna beliau akan membantu semua masalah anda dan baru kali ini juga saya mendaptkan para normal yang sangat hebat dan benar-benar terbukti nyata,ini bukan hanya sekedar cerita atau rekayasa tapi inilah kisah nyata yang benar-benar nyata dari saya dan bagi anda yg ingin seperti saya silahkan hubungi MBAH JONOSEU di 0823 4444 5588 dan ingat kesempatan tidak akan datang untuk yang ke 2 kalinya terimah kasih..

    BalasHapus